Wednesday, September 19, 2012
Sunday, September 16, 2012
Emir Love Story! Part 27
Rintikan hujan berlomba berjatuhan turun di membasahi tanah.
Gadis yang sekarang sudah mau beranjak 15 tahun ini sedang mengurung diri di
kamar, dia tidak mau ada orang lain yang mengganggunya saat ini. Dia hanya
ingin sendiri. Tidak ada air mata yang keluar. Tapi batin nya saat ini sangat
lah kacau. Dia hanya menginginkan satu orang sekarang. Ayah.
Tok… tok…
Terdengar suara ketukan pintu dari luar,
“Siapa?” tanya Vania,
“Ini ibu Van,” jawab suara itu dari luar
kamar
“kenapa bu?” tanya Vania sopan
“kamu makan malam dulu Van, nanti kamu
sakit dari pagi nggak makan” ujar Ibu nya
“Vania nggak nafsu makan, bu” kata
Vania. Tidak ada jawaban lagi dari luar. Vania kembali kedalam kesibukannya
menikmati hujan yang sedang turun malam ini.
“Van?” terdengar suara lagi dari luar,
“Iya bu?”
“Ibu masuk yaa” kata Ibu nya dari luar,
“yaudah bu,” jawab
Vania
“Kamu jangan ngurung diri terus kaya gini dong Van” ujar ibu
nya saat sudah ada di dalam kamar Vania. “Vania kangen bu sama Ayah,” ujar
Vania
“Ibu tau kamu kangen sama Ayah. Ibu juga kangen sama Ayah. Tapi kita
harus terima Van, ini udah takdir kita. Kita harus terima semuanya” ujar Ibu
nya, yang menyentakan hati Vania,
“Vania terima kok sama jalan takdir kita yang
sekarang, Cuma, Vania nggak nyangka aja akan secepat ini” ujar Vania, yang
sekarang bergantian membuat Ibu nya tertunduk.
“Udah lah Van, kita relain aja.
Ayah udah tenang kok disana, ayah juga gak akan mau ngeliat sedih terus kaya
gini. Ibu percaya, Allah udah ngasih jalan yang terbaik buat kita”
Yaa, mungkin ini emang udah
takdir kita bu. Batin Vania.
***
“Mir, kamu siap-siap yaa tanggal 28 Juni lagi ada premier GDD3
kan?” Ibu Emir menyentakan Emir dari konsentrasi nya saat dia sedang
menggambar,
“Iya bu, tanggal 28 Juni…” jawab Emir. Hening. 28 Juni…? Hari itu Karin
Ulang tahun kan? Kira-kira dia dateng nggak ya di premier film gue yang baru?
Ohiya, Karin di Singapore, Batin Emir.
“Mir? Emir?” panggilan Ibu Emir mengembalikan Emir dari
lamunannya.
“Iya bu?” tanya Emir,
“Kamu kenapa? Kok bengong gitu sih?” tanya
Ibu nya Emir balik
“Ha? Aku nggak apa-apa kok bu” ujar Emir berbohong,
“Kamu
mikirin apa sih?”
“Mikirin film GDD3 bu” jawab Emir yang kembali berbohong,
“jangan bohong kamu sama Ibu, Ibu udah sama kamu dari kamu masih d kandungan.
Ibu tau kamu lagi mikir apa. Pasti perempuan kan?” tebak Ibu nya.
“Eh..eee…
Karin bu…” jujur Emir tergagap
“Emir… Emir, liat aja nanti…” kata Ibu Emir,
“maksu…”
DRTTDRTT.
Ucapan Emir terputus saat ada panggilan masuk dari
hp Ibu nya. Lalu, Ibu nya langsung pergi ke kamar.
Hafft, gerutu Emir kesal dalam
hati.
***
Jakarta, 28 Juni 2014.
“Mir siap kan?” tanya Ibu nya saat ada di ruang rias artis.
“Siap
bu, Emir kan juga udah sering kayak gini” ujar Emir sambil menampilkan seulas
senyum.
“Mir, 3 jam lagi ya” sahut Om
Rudi sebagai sutrada Garuda Di Dadaku, dari arah luar ruang make-uup artis “Siap Om!” sahut Emir kembali sambil
tersenyum.
“Kak?” ada suara lain yang
memanggil Emir,
“Eh ada Vania…” sahut Emir sambil menapilkan seulas senyumnya.
“Kamu ikut kakak ke temen temen
sekolah kita yang dateng ya” ajak Emir sambil menggandeng tangan Vania keluar
dari ruang make up artis.
***
“Karin! Bangun weyy. Kita mau jalan-jalan” teriak Kak Ray saat
Karin masih terlelap.
Kak Ray membuka gordyn kamar Karin. Karin tidak bergerak.
Kak Ray menggoyang goyang kan badan Karin.
“Kebo banget sih lo. Pantes jones, gak ada yang mau kali sama lo kalo lo kebo” gerutu Kak Ray sambil menarik selimut
Karin.
“Apaan sih lo kak? Gue masih ngantuk.” Seru Karin sambil menarik selimut
sampain menutupi kepalanya. Kak Ray menarik selimut nya sekali lagi,
“Iyaiya gue bangun! Resek banget sumpah lo kak” seru nya lagi
sambil beranjak dari tempat tidurnya. “Ohiya… KELUAR LO DARI KAMAR GUE. GUE PENGEN
MANDI” teriak Karin, sambil melempar guling kearah Abang nya itu.
“woles mbak” kata Kak Ray sambil kembali melempar guling ke
arah Karin,
“upay banget lo bang” teriak Karin lagi.
Daritadi, belum ada satupun anggota keluarganya mengasih
selamat ulang tahun ke dirinya. Apa mungkin mereka semua lupa dengan Ulang
tahun nya? Karin membatin.
Karin menarik nafas
panjang saat dia ada di halaman rumahnya. Jakarta. Terakhir gue ninggalin
Jakarta tanggal segini, batin karin.
Banyak perasaan yang menhantui Karin saat
ini. Entah itu perasaan senang, sedih, kangen, tapi ada satu perasaan yang
masih mengganjal hati nya saat ini…
***
Bersambung...
Yakkk... Kirakira apa selanjut nya?
Apa Karin akan balik lagi ke kehidupannya Emir...?
Atau Karin akan sama sepupunya Emir...? EEE-__- gakgakjangansmp...
Atau Karin akan sama Jokowi...?
Mari comment yang paham maksud saya... =D
Jujur aja, gue galau banget... Mau lanjut apa nggak? Lets see...
Kalo gue dikit ngepost nya kayak gini, berarti tugas gue lagi numpuk okeyy? ;*
BYEEE CIMITCIMITKU YANG KECEBADAIUNYUMINYIIII ({})
Leave your comment yaa :)
Ada satu pertanyaan dari gue.... Serius lo harus jawab, terserah lo deh mau jawab lewat mana... comment kek, dm, fb, skype...
What if... Lo satu kelas sama sepupu nya Emir? Dia tau lo sering ngomongin Emir tapi dia gak tau 'Emir' siapa yang dimaksud.Please banget dijawab.......................... INI.SERIUS.
Kalo gaada yang jawab...? See you next month :* Selamat kalian harus nunggu ELS gue satu bulan kedepan...
Saturday, September 8, 2012
Emir Love Story! Part 26
*Karin pov*
Singapore, 25 Juni 2014
Changi Airport.
Hari ini gue udah sangat
siap-siap mau balik ke Jakarta. Walaupun gue harus rela kehilangan beasiswa
gue, sahabat sahabat gue, dan semua kenangan yang ada disini.
***
*Normal Pov*
Sesekali Karin melirik arloji nya yang ia kenakan di tangan
kirinya.
Pk. 12.00
Satu jam lagi, batin Karin.
“Rin,” ada suara yang memanggil Karin dari belakang tubuhnya.
Dia… Kevin. Karin melihat ada beberapa sahabat nya disana,
sahabat yang selalu ada buat Karin, saat ia masih di Singopore.
“Are you sure will move to Jakarta?” tanya Rico,
“Yes. That’s my choice, Co” jawab Karin dengan muka tertunduk.
Tiba-tiba saja Karin sudah dalam masuk ke pelukan Reva,
“Karin, We’ll miss you
so much…” kata Reva berbisik saat ia memeluk Karin.
Karin bisa mendengar suara
isakan kecil nya Reva.
Dia menangis. “Rev, I’ll miss you too guys. I've to go”
bisik Karin sambil mengelus rambut panjangnya Reva yang di gerai.
Satu persatu Karin menyalami sahabat nya, dan mengucapkan ‘See
you’ Karin tidak berani untuk mengatakan ‘Good bye’. Karena menurut nya
‘Selamat tinggal’ itu adalah kata-kata perpisahan yang arti dari kalimat itu…
‘Kita tidak akan bertemu lagi’
Langkah Karin terhenti saat dia menyalami Kevin, “Thank you,
Vin. See yaa” kata Karin. Karin dan Kevin bertatapan sebentar, lalu mereka
berpelukan.
Karin tahu apa arti dari pelukan itu. Pelukan seorang sahabat.
“Emm, guys… I have to go now…” kata Karin pelan, sambil
melihat kearah ujung sepatunya yang tidak ada apa-apa. Ia hanya tidak berani
untuk menatap sahabat sahabat nya lagi.
Dia takut kalau saja dia melihat
sahabat-sahabat nya lagi keputusan yang sudah dia ambil akan berubah. Cuma itu.
“remember Karin, we will miss you so much… You never can be
replaced. You’re my bestiest” kata Dalton, sambil maju selangkah mendekati
Karin. Reva yang dari tadi hanya menunduk langsung bersender di pundak Jessi
dan menangis. Karin memeluk sahabat-sahabat nya.
It’s so hard for her to leave
all sweet memories here… Singapore.
Dengan langkah pasti dia mengikuti keluarga nya yang sudah berjalan mndahului nya.
Gue siap, batin Karin. Pesawat menuju Jakarta, take off 1
p.m. waktu Singapore.
Perjalanan yang ditempuh memakan waktu 2,5 jam. Saat di
pesawat, Karin hanya mendengarkan lagu dari iPod nya, lalu tertidur.
“Rin, kita udah sampe…” Kak Ray menggoyangkan pundak Karin.
Perlahan Karin membuka kelopak matanya,
“hah? Udah sampe kak?” tanya Karin yang
masih setengah sadar,
“udah rin, ayoklah” kata kak Ray sambil menunutun Karin untuk
berdiri.
Karin dan keluarga nya pun akhirnya sampai di kediaman lama
mereka di daerah Jakarta Selatan.
“Ma, yah. Aku ke kamar duluan ya,
ngantuk banget ini” kata Karin sambil berlalu.
Harum kamar Karin menyeruak
masuk ke hidung nya. Tidak ada yang berubah.
Selama 2 tahun dia di Singapore
semuanya masih sama. Banyak poster artis idolanya yang tertempel di kamar
Karin. Emir Mahira Salim. Dia terdiam sejenak, akhirnya dia memutuskan untuk
mencopot semua poster nya Emir dari kamar nya. Bukan maksud Karin ingin
melupakan Emir. Dia hanya tidak mau mengingat masa lalu nya, Karin toh sekarang
sudah dekat dengan Emir.
***
Bersambung....
LO SEMUA HARUS TAU! GUE KANGEN BANGEDHHHH SAMA KALIANNNN({})
PARA ALAYERSCIMITCIMITUNYOEMENYEKOEHH :*
TERNYATA... SMA ITU KAYA GINI TOHH ;") *GARUK DAUN*
GUE UDAH JARANG BISA ON INI ITU...
EHHIYA... MASA YAA MASA... GAJADI DEH-_- KALO GUE KASIH TAU GEMPAR NANTI DUNIA... SEBENERNYA UDAH BANYAK YANG TAU... TAPI ITU PPUN CUMA YANG DEKET SAMA GUE DOANG-___-
INITNYA, SEKARANG GUE PERCAYA SAMA KEAJAIBAN :")
Pollow Instagram gue yaa @jsufitaputri
Yang punya sound cloud comment dong...Gue pengen denger suara lo padaaa :*
Gak perlu gue pake imagine, what if lagi... itu udah terjadi sama gue sekarang. Yang ngerti maksud gue, gue kasih jempol 2!
Subscribe to:
Posts (Atom)