Emir merenggangkan otot-otot lehernya yang kaku.
“Mir?”
panggil Ibu nya.
“Iya bu?”
“Nanti malem ikut ibu pergi ya” ajak Ibu nya,
“pergi kemana?”
tanya Emir
“Somewhere. Kamu gak akan nyesel, sekalian refreshing” pinta Ibu nya
lagi. Kalau sudah seperti ini Emir tidak bisa menolak permintaan ibu nya. “Ohh,
yaudah deh bu” jawab Emir.
Jam 18.30
Kediaman keluarga Salim…
“Mas Emir…” panggil Ibu nya,
“Kamu pake jas ini ya” kata Ibu nya Emir
***
“Kamu pake jas ini ya”
What? Kok pake jas? Katanya mau refreshing. Tanya Emir dalam
hati nya.
“Nah? Bukannya kita mau refreshing ya bu?” tanya Emir kepada
ibu nya.
“Emang, Mas Omar sama Kai aja udah siap…” ujar ibu nya
“Yaudah aku
ganti dulu deh” kata Emir pasrah
“sana buruan yaa mas Emir”
“Ibu?” panggil Emir saat selesai ganti baju.
“Iya…?” jawab Ibu
nya “Kamu ganteng banget mas, serius deh ibu” puji Ibu nya sambil menyimpulkan
sebuah senyum.
“Bu, Bap, berangkat sekarang yuk.
Mobil nya udah Mas Omar panasin” teriak Kai dari halaman depan rumah mereka.
***
“Don’t open your eyes.” Suruh Caron, yang berada di jok mobil
belakang
“Daripada gue pakein sapu tangan
item yang tadi? Make up lo rusak nanti” omel Reva yang duduk di sebelah Karin
di jok mobil tengah. Kuping mereka bisa saja pecah karena saat di perjalanan
tadi lontaran ‘kepo’-an dari Karin.
***
At Karin’s
Mobil keluarga Salim berhenti di sebuah rumah sederhana di
kawasan Jakarta Selatan.
Rumah siapa ini? Batin Emir.
“Turun yuk” ajak Ibu Emir, Emir
mengikuti langkah keluarga nya masuk ke halaman rumah itu,
“Mas, lo tau gak ini
rumah siapa?” tanya Emir ke Mas Omar.
“Nggak, gue kan Cuma ngikut aja” ujar Mas
Omar
“Ih Mas alay gak tau ini rumah siapa? Ini rumah nya sahabat lo yang baru
balik dari Singapore. Kak Karin” ujar Kai. Karin… Sesaat, debaran kecil itu
kembali menyelendup ke dalam hati Emir. Nama itu. Ya, Karin.
***
“Jalan nya pelan pelan ya. Pokoknya jangan sampe lo semua
lepasin tangan gue” omel Karin lagi.
“Woles” ujar Rico singkat. Karin
menyeimbangkan tubuh nya. Karin terus-terusan menutup mata saat di jalan,
membuat kepalanya sedikit pusing.
“Open your eyes… Slowly” kata Reva menyuruh Karin. Ia membuka
kelopak matanya perlahan.
Lalu, mengerjap ngerjapkan mata nya agar
penglihatannya kembali normal.
Dia terkesima saat taman belakang rumah nya, yang tidak
terlalu besar itu disulap jadi seindah mungkin. Banyak lampion yang menghiasi
halaman belakang rumah nya.
Karin berlari menuju kedua orang tua nya.
“Makasih ayah, mama.
Love you so much” kata Karin, “Makasih juga Kak Ray, Zee unyoe” ucap Karin
sambil menjulurkan lidah nya. Karin tertawa saat melihat Zee menggembungkan
pipi nya.
Tawa Karin terhenti saat mata nya bertemu dengan mata Emir.
Emir menatap nya lekat. Mengunci kedua manik mata Karin. Jantung Karin berlomba
seperti ingin keluar dari sarangnya.
“Yaa semuanya, acara nya akan segera di mulai” Untung lah,
batin Karin. Ayah nya telah menyelamat kannya dari tatapan yang mengunci nya
tadi itu.
“Terima kasih sebesar besarnya, untuk menyempatkan waktu nya
datang ke acara ulang tahun ke-17 nya Karin…” ujar Ayah Karin di depan semua
tamu.
Memang acara ini tidak terlalu meriah. Cuma pesta kebun biasa.
Dan hanya mengundang sahabat-sahabat dekat nya Karin dan keluarga besarnya…
Termasuk keluarga Emir.
“Tanpa menunda waktu lagi, kita langsung saja ke acara
puncak…” sambung Ayah Karin yang setelah itu mendapat tepukan tangan dari para
tamu undangan yang hadir.
Alunan lagu ‘Happy Birthday’ terdengar di halaman belakang
rumah Karin yang sederhana. Setelah itu dilanjutkan dengan lagu ‘tiup lilin’
Karin memejamkan matanya saat dia ingin meniup lilin nya. Wish ia di ulang
tahun nya ini tidak berbeda jauh sama tahun-tahun sebelumnya, tapi ada satu
lagi yang ingin dia capai…
“YEAYYY…” suara gemuruh tepukan tangan dari
sahabat-sahabat nya membuat Karin tidak
henti henti nya memamerkan senyum manis yang tersimpul di bibir nya.
Giliran acara pemotongan kue.
Potongan nya yang pertama jelas dia kasih ke kedua orang tua nya. Setelah itu
potongan kue selanjut nya dia kasih ke, Kak Ray dan Zee.
***
*Karin’s Pov*
Potongan selanjutnya gue bingung banget mau ngasih ke siapa.
And finally, I decide, untuk ngasih ke Reva. Haft.
Selamjutnya acara bebas. Wetsss,
bebas gue. Jujur aja, gue gak betah sama yang nama nya pesta. Akhirnya, gue
Cuma duduk menyendiri di gazebo, yang kebetulan ada di pojok taman.
***
*Normal*
Karin mengedarkan pandangannya
sampai Karin merasa ada yang duduk di sebelah nya saat ini.
“Can I sit here?”
Karin mengenali suara nya yang sekarang mulai memberat, suara yang amat dia
rindukan. Emir. Karin hanya menangguk kecil,
“Happy birthday to you…” Emir
mengulurkan tangannya, Karin akhirnya membalas uluran tangan itu “haha, thanks”
ujar Karin sambil mengalihkan pandang dari muka Emir.
“Udah banyak yang berubah
ya” Emir membuka suara, melelehkan kecanggungan yang ada diantara mereka. Karin
melirik sekilas dengan tatapan meminta alasan atas pendapat Emir,
“Apa yang
berubah?” tanya Karin, yang mata nya masih mengekor untuk memperhatikan Emir yang
sedang duduk disebelahnya. Emir hanya mengangkat bahu, sambil menoleh kearah
Karin,
“Lo nanti sekolah dimana?” tanya Emir saat mencoba mengalihkan topic
pembicaraan,
“pengen tau banget? Apa pengen tau aja?” Karin malah meledek Emir,
“Ohh, ternyata si cewek yang lagi ulang tahun ini udah bisa nyolot-nyolotan ya?
Paham deh paham……” Emir berdiri dari tempat duduknya…
***
*KarinPov*
“Mau kemana lo?” gue liat Emir
berdiri,
“kepo amat sih lo” kata Emir, kok nyolot…? Ternyata Emir Cuma berdiri
di depan gue, gue menaikan sebelah alis gue dengan tatapan bertanya-tanya
“I’ll
give you special gift” Emir berjalan ke teras, dan mengambil gitar… Pasti mau
nyanyi deh. Sip, sotoy nya gue keluar lagi.
***
*NormalPov*
Emir melangkah menuju Karin sambil membawa gitar.
“Okay, Lets do it” ujar Emir singkat
Emir mulai memainkan intro nya…
Yap, lagu ‘count on me’
If you
ever find yourself stuck in the middle of the sea
I’ll sail
the world to find you
If you
ever find yourself lost in the dark and
you can’t see
I’ll be
the light to guide you
Karin terpaku dengan apa yang emir lakukan sekarang. Bukan
karena apa, dia bisa melihat perubahan Emir yang sangat jauh dari setahun
sebelum mereka berpisah. Emir bertambah dewasa.
You can
count on me like one, two, three
I’ll be
there
And I
know when I need it
I can
count on you like four, three, two
And
You’ll be there
Cause
that’s what friends are supposed to do
Sesaat mata mereka bertemu. Getaran itu masih sama. Sama seperti
dahulu. Emir tersenyum sambil memandang Karin, Karin membalas senyuman itu
setelah itu dia menundukan kepalanya untuk menyembunyikan semburat merah, yang
mulai muncul di kedua pipi nya.
Kita masih kayak dulu mir,
sahabat. Karin membatin, sebisa mungkin dia menyembunyikan desiran yang amat
kuat itu.
***
HUAAAA. Finallyyyyy! Gue bisa nge post lagi :"")
Sorry banget jadi jarang nge post. Tugas banyak, masalah ada, masalahh hati apalagi,,,,heee,,,
Yaudahlahya, namanya juga hidup.
Follow ig&twitter : jsufitaputri
Add me on Path : Juniarty Sufita Putri
Thank youuuu ;*