Pages

Sunday, July 2, 2017

Lebar-an: Sate Maranggi Cibungur (Best Satay in Town!!)

Hello, welcome back guyz. Honestly, I wanna write about my college's life but no... cause I'm on holiday time now yuhuuuu. 

First of all, Minal aidin wal faidzin. Mohon maaf bila ada salah baik yang disengaja atau pun yang tidak disadari.

Okay mumpung masih lebaran vibes let's talk about food yang membuat setiap lebaran become lebar-an hehe.

Bagi para perantau yang pulang kampung ke daerah jawa lainnya pasti untuk pemudik yang melewati jalan luar bukan lewat highway bakalan ngelewatin tempat makan yang satu ini deh.

Sate Maranggi Cibungur. Da best satay in town sih!! Dari jaman gue masih piyik ini tempat emang super duper rame terus sih. Setelah bertahun-tahun gak makan ini. Seriusan bertahun-tahun. Akhirnya kemaren disempetin buat makan ini.

Whoaaa. Rasanya masih sama dari yang terakhir kali gue coba. Sambelnya yang terbaik sih masih bisa bikin gue nangis kaya dulu. Omg. 
 
Rasa emang sebanding dengan harga sih. Karena harga sate disini terbilang cukup merogoh kocek. But it's ok selama enak. Dan sate maranggi worth to tryyy. 

Sate disini ada tiga pilihan yaa ada chicken, beef, and lamb. I love the beef one hahaha.

Salah satu yang terbaik disini ES KELAPA. Duh sumpah gak ngerti lagi kenapa enak banget es kelapanya. Es kelapa terbaik yang pernah gue coba sih di posisi yang kedua punyanya Bakso SKM di Pejaten (soon di review ya). 

Manisnya tuh cucok banget. Pas. Daging kelapanya juga lembut banget gak tua pas aja gitu mudanya. The best deh!!! 


A la let's eat gitu wkwkwk.



Finished. Okay itu aja cerita lebar-an gue kali ini. See you di postingan selanjutnya yaaa.

Wednesday, September 23, 2015

Matahari Senja

Menghitung tiap senja bersamamu
Entah berapa lama lagi batin ini terekan
Entah berapa banyak lagi luka yang ditorehkan
Entah berapa banyak air mata lagi yang akan jatuh
Entah berapa banyak lagi harapan yang pergi menguap
Entah berapa lama lagi aku bisa bertahan.

Sungguh....

Aku tidak membutuhkan apa-apa darimu
Melihat kehadiranmu saja, aku sudah bahagia
Cukup dengan kehadiranmu
Meski tidak ada hati yang kau bawa bersama kehadiranmu.

Dingin....

Tatapan itu lagi
Tatapan membunuh

Pembicaraan kita bukan hanya dirundung mendung
Bukan hanya dirundung kegelapan
Bukan hanya dilanda badai

Pembicaraan ini berdarah

Terlalu banyak hati yang terluka
Terlalu banyak batin yang tersayat

Topengmu...
Jubahmu...

Langit senja selalu menenangkan
Namun kali ini Matahari Senja itu nampaknya terlalu lama memaksa untuk bertahan ditempatnya

Senja yang suram,

Senja yang tiada habis

-Matahari Senja-


 Inspired by: Trlogi Jingga dan Senja 



Emir Love Story! Part 39

"Are you okay, Van?" sebuah suara rendah terdengar dari balik punggung Vania. Siapa lai kalau bukan Emir? Laki-laki yang selalu dia anggap spesial, namun tidak dengan Emir yang hanya memandang Vania hanya sebagai adik nya.
"Aku cuma inget sama Ayah kak," bohong. Vania berbohong untuk kali ini. Sekarang dia hanya ingin Emir melihatnya sebagai seorang wanita, bukan hanya sebagai adik nya. Dia meneteskan air matanya setiap mengingat tatapan Emir ke Karin, dan juga sebaliknya. Tatapan yang selalu ia ingin dapatkan dari Emir tapi sayangnya sampai sekarang harapannya hanya sebuah angan yang tidak mungkin dia bisa raih.
***
Sialan sialan sialan.

Emir menatap adegan matanya dengan tatapan nyalang. Berani-beraninya dia memeluk perempuannya. Ya, Karin miliknya.

Vania masih menangis di dalam pelukan Emir. Dia ingin sekali merebut gadisnya itu dari dekapan laki-laki brengsek itu tapi di sisi lain dia tidak bisa melepaskan Vania begitu saja. Vania sudah seperti adiknya sendiri, meskipun Emir tahu Vania mempunya perasaan lebih kepadanya. Dia harus bergerak secepatnya. Harus.

Emir melepaskan pelukannya dari Vania menatap ke dalam mata Vania yang masih memerah bekas tangisannya tadi.

"Van, udah ya?" bujuk Emir. Dengan perlahan Vania melepaskan pelukanya dari Emir.

Emir mengedarkan pandangannya lagi tapi gadisnya tidak terlihat.

Oh, sialan.

"Emir, buset dah dicariin dari tadi" panggilan Raka yang terdengar panik, membuat Emir menoleh cepat.

"Kenapa sih?"

"Karin pingsan. Buruan ke mobil!"

Dengan cepat Emir langsung berlari ke arah parkiran. Melihat Karin yang terkulai lemas di mobil membuat dirinya diselubungi perasaan bersalah.

Saat Emir ingin mendekat ke Karin, Fino menarik tangan Emir dan dibawanya ke tempat yang lebih sepi. Perasaan kagetnya dengan cepat digantikan oleh emosi yang meledak-ledak.

"Sialan! Lo gila atau apa? Gue mau liat kondisi Karin!" dengan nafas yang memburu Emir langsung menumpahkan segala emosi yang beberapa waktu tadi terkurung di benaknya. Laki-laki ini yang memeluk gadisnya.

"Lo yang sialan!" bentak Fino yang langsung menghadiahkan Emir sebuah bogem mentah yang membuat sisi bibir kanan Emir pecah.

"lo berdua gila!" teriak Revo yang tiba-tiba datang menengahi mereka berdua diikuti Revo dibelakangnya. Sebenarnya Raka bisa saja membiarkan mereka membuat pertumpahan darah tapi masih ada yang lebih penting untung saat ini.

"Gue bakal perhitungan sama lo mir" ancam Fino penuh tekad dan penekanan dalam setiap katanya. Emir membuang muka kasar. Memang emir akui dia yang pengecut. Apalagi namanya laki-laki yang suka menggantungkan perasaan seorang wanita yang sudah hampir 3 tahun ini?

"Shut up!" teriak Raka sambil mendorong pundak Emir dan Fino.

"Lo masih mau berantem lagi? Silakan! Lo mau bunuh-bunuhan gue juga gak peduli. Gak ada ruginya buat gue, lagian kalo lo berdua koit, gue yang bisa sama Karin" terang Raka.

Emir dan Fino menoleh ke arah Raka cepat sambil memicingkan matanya. Sedangkan orang yang dihadiahi tatapan pembunuh itu hanya mengangkat bahunya cuek.

"Lo berdua... Kalo lo serius, lo buktiin ke Karin. Dan kita liat siapa yang pantes buat Karin" setelah menyampaikan pesan itu Raka langsung pergi ke mobil disusul oleh Emir dan Fino yang mengekori Raka. Tanpa disadari ada sepasang mata yang memperhatikan keributan mereka tadi. Tidak ada harapan lagi.


***
Perjalanan di Bandung berakhir hanya sampai malam itu, karen mereka tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan Karin dibawa ke rumahnya Rena karena jika mereka pulang malam ini, orangtuanya Karin pasti akan khawatir.

"Ren, jaga Karin. Gue sama bocah pada mau balik dulu" pamit Raka ke Rena, Karin sudah tertidur di kamarnya Rena.

"Besok pagi gue jemput Karin" kata Emir,

"eh kutu kupret, apa-apaan lo! Gue yang jemput Karin" Fino menentang kalimat Emir

"Eh orang baru. Gue yang kenal keluarganya duluan. Jadi lo jangan banyak omong..." Emir kembali membalas perkataan fino tadi. Rena yang melihat tingkah llaki-laki di depannya hanya geleng-geleng kepala.

"Shut. Up! Lo semua berisik tau gak sih?" sela Raka diantara perdebatan dua makhluk tampan ciptaan Allah ini.

"Oke Ren, kita balik dulu. Selamat malam menjelang pagi Ren" pamit Revo sambil menepuk puncak kepala Rena. Emir, Fino, dan Raka hanya saling pandang lalu menatap Revo meminta jawaban. Sedangkan yang diperlakkan manis seperti itu hanya menunduk malu. Ajaib seorang Rena bisa seperti itu.

"Udah kek anak anjing lo Ren, di pukpuk gitu" ujar Raka dibalas oleh dengan pelototan dari Rena.

"Udah yuk pergi guys" ajak Fino yang sudah di depan mobil.

Malam yang panjang.

***

Tok... Tok... Tok

"Iya sebentar," teriakan Bi Odah hanya teriakan menicit. Dengan tergesa-gesa dia menuju pintu rumah ini. Ini masih dibilang pagi buta, karena jam masih menunjukan pukul 4.30 a.m. Siapa tamu di jam-jam segini?

Bi Odah melihat seorang pria yang umurnya terlihat sama dengan anak dari pemilik rumah ini, Rena. Tapi siapa laki-laki itu?

Dengan ragu Bi Odah membuka daun pintunya. "Permisi bi, maaf ganggu pagi-pagi gini" kata laki-laki itu,

"Mau apa pagi-pagi sekali kesini den?" tanya Bi Odah dengan ragu, 

"Saya mau menjemput teman saya yang menginap disini,"

Bibi Odah hanya menganggukan kepalanya namun tetap saja dia waspada, dan mungkin Laki-laki ini paham kalau asisten rumah tangga Rena tidak percaya dengannya.

"Oh saya teman sekolahnya, kebetulah tadi malam teman saya sakit akhirnya dibawa kesini dulu, orangtuanya sudah mencari dia" 

"Saya bangunkan non Rena dulu," Bi Odah mencoba menahan Pria itu namun pria itu berhasil memperdayakan Bi Odah.

"Jangan Bi, saya gak mau menganggu Rena istirahat" ujarnya lagi. Bi Odah hanya mengannguk dan menunjukan kamar Rena.

Dengan cepat tubuh Rena sudah berpindah ke gendongan laki-laki itu, lalu membawa masuk ke dalam mobilnya.

Huft, pekerjaanku sudah selesai.

***

Aku mengejapkan mataku perlahan. Sinar matahari menembus mataku, dan terasa sangat silau. Kepalaku berdenyut nyeri.

Ohh.

Dan tiba-tiba saja ingantanku berputar kembali pada kejadian tadi malam. Bandung.

Sialan.

Vania, Emir, dan Fino...?

Aku mengedarkan kepalaku ke sekeliling ruangan. Ruangan yang tampak asing bagiku. Apa aku masih di Bandung?

Namun indra penciumanku mebuatku sangat terkejut. Bau ini...

LAUT??!!!

Gila. Kenapa dia tiba-tiba ada di pantai? 

Aku mencermati sekitarku lag. Kamar ini di dominasi kayu. Sangat membuat dirinya terasa nyaman untuk memandang interior disini. Kenapa disini sangat sepi? Kemana Rena, Vania, Emir. Raka, Fino, dan Revo?

Pikirannya berputar-putar menyebabkan pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi.

Ceklek. 

Pintu kamar terbuka perlahan dan terlihatlah sosok laki-laki itu...

"Fino...?"

***

Dering handphone Emir kembali terdengar. Dengan malas Emir mengangkat handphone nya,

"Ada apaan...."

"KARIN ILANG" sebelum Emir menyelesaikan kalimatnya, Rena sudah lebih dulu berteriak. Dengan cepat emir mengambil langkah seribu menuju rumah Rena.

Tidak-tidak. Dia tidak akan kehilangan Karin lagi sekarang.

***
HUHUUUUU bentar lagi udah mau tamat. Sumpah ini sloe update bangetttt. Setahun ngepost cuma 2 -3 kali.

MAKASIHHHH BANGET YANG MASIH MAU BACAAAA.

AKU LUV KALIAND BINGGOW LAH.

Udah ah makin error. Jangan lupa baca cerita aku yang lain di wattpad yaaa. 



DAN TERAKHIRRRRR. HAPPY BIRTHDAY MAS MIREEEEEEEE. POKOKNYA MAKASIH FOR BEING MY INSPIRATION. Sukses terus kuliahnya mas!! 
XOXOXO

Saturday, February 21, 2015

Emir Love Story! Part 38

Karin memekik pelan, dilihatnya gaun yang sangat indah di hadapannya. Dia seperti menyadari sesuatu.
"Ah!" pekiknya lagi. Ini adalah gaun yang pernah ia coba saat menemani Rena fitting. Karin kembali ke alam sadarnya saat melihat ke arah jam, pk. 17.30. Karin langsung bergegas ke kamar mandi dan bersiap.

Sudah hampir 15 menit Karin mematung di depan cermin untung memastikan semuanya sudah siap. Ah, dia tidak pernah merasa segugup ini sebelumnya. Karin menambah polesan terakhir di bibirnya yang sesudahnya terdengar suara klakson mobil dari depan rumahnya. Karin melirik jam yang terpasang di meja belajarnya. Masih 15 menit lagi bukan?
"Karin, Emir udah nunggu kamu di bawah. Buruan turun yaa" panggilan Mamanya sudah terdengar dari lantai dasar, "Iya Mah" jawab Karin singkat sambil menutupi persaannya yang gugup
***
Emir tak lepas dari aktifitasnya yang hnya memandangi ujung sepatunya sambil menunggu gadisnya datang. Oh, Emir harus membetulkan kalimatnya tadi, calon gadisnya. Perlahan telinga Emir mendengar suara langkah kaki, dia menoleh dari sumber suar. Pandangannya terkunci pada seseorang yang daridulu sudah dia harapkan kehadirannya. Benar-benar perempuan yang sangat sempurna di matanya. Satu lambaian tangan langsung kembali menyadarkan Emir dari lamunannya. "Woi bengong mulu lo, gue cakep mah udah biasa" seru Karin sambil berkacak pinggang. Itu lah yang ditunggu Emir. Dengan cepat dia berdiri lalu mencubit batang hidup Karin, "Aww," Karin merintih pelan melihat ujung batang hidungnya sudah memerah. "Udah yok, berangkat aja" ajak Karin langsung menggamit tangan Emir. Emir masih diam ditempat, sambil berdeham pelan."Ohiyaaa, maaf maaf" Karin menepuk jidat nya, lalu elepaskan gamitan tangannya.
"Tante, saya izin ngajak Karin keluar dulu ya" izin Emir sambil mencium tangan Mama Karin, yang lalu diikuti oleh Karin.

Mobil Emir melaju di tengah padatnya Ibu Kota. Tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai diatas sebuah gedung 56 lantai, tepat di tengah pusat kota Jakarta. Emir membawa Karin ke salah satu meja yang sudah di pesan Emir.
***
Pandangan Karin tidak lepas dari setiap sudut restaurant yang sekarang dia masuki. Badan Karin menegang. Nafasnya tertahan cukup lama. GILAAAA, batin nya dalam hati. Senggolan Emir di tangannya mengembalikan Karin ke alam sadarnya.
"Kenapa? Terlalu keren ya?" ujar Emir santai. Karin mendelikkan matanya. Mereka diselimuti oleh keheningan yang cukup panjang.
"Rin?" panggil Emir yang lagi-lagi memecah konsentrasi Karin,
"Kenapa Mir?" tanya Karin dengan suara pelan sambil menetralkan degup jantungnya yang sedari tadi terus berpacu.
"Ikut ke Bandung yok?" ajak Emir tiba-tiba. Jantungan dah lama-lama gue kalo semuanya ngagetin, batin Karin.
"Ih nggak gue culik kok Karinnnn. Gue udah izin ke orangtua lo" lanjut Emir lagi yang bisa langsung menebak apa yang ada di pikiran Karin.
"Terus? Apa kata mereka?" tanya Karin balik,
"they said....." tubuh Karin langsung menegakan tubuhnya ingin mendengar jawaban orangtua nya. Emir memajukan tubuh nya lagi hingga bibirnya sekarang tepat di telinga Karin,
"yes" bisik Emir lirih. Bisikan pelan yang langsung membuat Karin merinding dan melebarkan matanya. Emir memundurkan kembali kepalanya, dan kembali menanyakan keputusan Karin "Jadi, keputusan tinggal di lo". Salah satu pelayan restaurant tiba di meja mereka mengantarkan beberapa menu yang bisa dibilang cukup mahal. Mereka tersenyum ke arah pelayan, akhirnya pelayan itu berlalu.
"Gila lo Mir, mending kapan-kapan kita makan di pinggiran aja deh" Karin hanya geleng-geleng kepala melihat makanan yang tersaji di hadapannya,
"kalo udah sayang sih masalah harga udah gak gue urusin," ujar Emir sangat lirih, mungkin hanya dia sendiri yang bisa mendengar suaranya.
"Apa tadi kata lo?". Emir tidak menjawab pertanyaan Karin dan langsung menyantap hidangan hadapannya.
***
"Rin, balik yuk? Udah malam nih," ajak Emir sambil menatap jam tangan yang di pakai di pergelangan tangannya. Karin mengangguk pelan, mengiyakan ajakan Emir. Keheningan malam menyelimuti mereka saat perjalanan pulang. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Jakarta malam ini memangg cukup sepi karena jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam, perjalanan pulang pun tidak memakan waktu lama. Akhirnya mereka sampai di depan rumah Karin. Emir menghembuskan nafas nya panjang dan berat seperti berusaha melepaskan satu beban yang selama ini dia pendam. Pandangann masih fokus ke depan, tidak berani menatap gadis yang ada di sebelahnya. Sekarang, batin nya.
"Karin, gue mau jujur sama lo..." dia menarik nafas sekali lagi, "gue sayang sama lo, sayang banget. Mungkin cinta?" Emir menunduk, mencoba melanjutkan kalimatnya. Kalimat selanjutnya pasti akan merubah semuanya, bahkan sikap gadis itu.
"Would you be mine?" bisik nya lirih, dia menunduk lama sambil menunggu jawaban dari gadis yang ada di sampingnya. Jantungnya berdegup sangat cepat, menantikan jawaban gadis itu. Nafas yang dia hembuskan terasa lebih berat dari biasanya. Akhirnya,dia memberanikan diri untuk melihat gadis yang duduk di sebelahnya itu. Tertidur. Sial, batin Emir. Karin tertidur pulas di sebelahnya. Dia memperhatikan gadis itu. Setiap detail pesona yang ada di wajah itu. Karin terlihat sangat manis.

Emir tersenyum kecil.
***
From : Jemberlaye a.k.a Emir
Cepetan!! gue udah di depan sama anak-anak.

Kampret. Memalukan. Pake kesiangan lagi.

Karin berlari-lari kecil di dalam rumahnya. Ke meja makan, meminum susu hangatnya, menyambar bekal sarapannya, menyambar ransel nya dan langsung pamit ke orangtuanya. Mama Karin hanya menggeleng kecil melihat tingkah putri nya itu. "Mah, lain kali banguin aku dong. Kan kesiangan," sembur Karin sambil memakai converse nya dengan terbur-buru.
"You didn't tell me, by" sahut Mama singkat. Ini memang salah Karin karena tidak memberi tahu Ibu nya terlebih dahulu. Dengan jurus seribu bayangannya Karin melesat ke depan rumahnya. Disana sudah ada beberapa temannya.
Oh, ada Vania, batin Karin.
Entahlah ada perasaan aneh yang menyelundup saat mengetahui kalau Vania ikut liburannya bersama Emir. Memang bukaan hanya Vania yang ikut, tapi ada Revo dan Rena juga.

Di sepanjang perjalanan menuju Bandung mobil yang mereka tumpangi dipenuhi oleh celotehan Rena, yang sumpah mulutnya tidak bisa berhenti menghentikan omongan asalnya.
"Nalar lo kejauhan ege, Ren" timpal Emir saat Rena berceletuk tentang hubungan Karin dengan Emir selama di Singapur meskipun Rena tidak tahu tentang kebenarannya. Karin melirik ke arah Revo yang tertawa keras, dia juga melirik ke Vania. Vania memang tertawa, tapi tidak sekeras Revo dan matanya pun tidak memanarkan kalau wanita itu bennar-benar tertawa. Tawa yang menyayat hati-nya.

Tujuan pertama mereka adalah Lawangwangi Art and Science. Setelah berkeliling sebentar mereka akhirnya makan siang.
"Woi Mir!" Emir menengok ke sumber suara, "Woi, bro" Emir berlari menghampiri si empu nya suara itu. Raka menghampiri Emir yang juga berjalan ke arahnya disusul Fino di belakangnya. Kebetulan sekali, bukan?
"Wih, rame nih coy" sahut Raka, "Fin, kita gabung mereka aja yuk" ajak Raka lagi yang langsung dapat pelototan dari Fino. "Yaelah Fin, woles aja. Biar tambah rame" kata Emir membuat keputusan yang langsung mendapat persetujuan dari Vania dan Revo.
***
Karin Pov

Aku menyandarkan tubuhku sambil menatap hiruk pikuk kota Bandung. Ya kita sepakat untuk menghabiskan hari pertama di kota Bandung, lalu malam nanti kami akan menginap di daerah Lembang, dan besoknya kita langsung pergi ke daerah Ciwidey. Wacana sementara. Rombongan kami terbagi menjadi dua mobil. Mobil Emir isinya masih sama seperti tadi, dan di mobil satu lagi sudah tentu mobilnya Fino dan Raka. Ternyata Raka membawa sepupu perempuannya yang memang tnggal di Bandung untuk menemani mereka berkeliling. Tanpa terasa malam hari pun tiba, masih ada satu tempat lagi yang akan kami kunjungi. Bukit Bintang. Jujur saja, ini yang paling aku tunggu dari semua perjalan panjang kami hari ini. Pukul delapan malam kita sudah sampai di Bukit Bintang. Indah. Ohiya, pake banget. Ah gila ini mah. Cuma kata-kata itu yang ada di dalam pikiran ku Aku tidak henti-henti nya menggelengkan kepala ku. Kalau saja tidak ada yang menyiktku mungkin khayalanku ini sudah terbang kemana-mana. Aku mendongak menatap orang yang menyikutnya. Huh, Fino. "Kenapa sih?" tanya ku ketus, "...ngerusak khayalan gue aja" jelasku. Dia mendelik sebal "lo mikir macem-macem ya?" tuduhnya, "lo kira lo cenayang?" biarin aja aku buat Fino kesel. Lagian ngerusak acara aja sih. "kalo iya?"eit malah di balikin pertanyaanku. aku memutar bola mataku kesal sambil meninggalkan Fino. Aku berjalan ke arah warung kopi di depan ku, ku lihat Fino mulai beranjak ke tempatnya dan mencoba menyajari langkahku. 
"Kalo udah sampe Jakarta, temenin gue survey tempat" katanya tiba-tiba, "gue gak nerima penolakan" lanjutnya. Aku mendesis jengkel karenanya. Gila, itu perintah namanya.

Bodo ah. Akhirnya aku membeli secangkir kopi hitam, lalu kembali duduk diatas rumput. Ohiya, yang lain kemana ya? Aku sampai lupa. Kemana juga Emir? Aku mengedarkan pandanganku disana, 

DEG

Rasanya jantungku berhenti untuk sesaat saat melihat ke arah Emir. Dia memeluk Vania. Tanpa sadar aku merasakan bulir airr mata jatuh di pipiku. Aku mngusap air mataku kasar. Nafasku benar-benar memburu. Rasanya, sakit.
***
Normal Pov

Rahang Fino mengeras melihat wanita itu menahan tangisnya. Ingin rasanya dia membawa gadis itu ke pelukannya. Karin. Matanya menatap tajam objek yang membuat Karin menangis. Melihat adegan peluk-pelukanyya Emir-Vania membuat Fino sadar sesuatu. Sialan, batinnya.
"Bro?" lamunannya buyar karena mendengar sahabat karibnya itu memanggilnya. 
"Lo ngelamunin siapa sih?" tanyanya tepat sasaran. "Siapa"?  bukan "apa. Fino bergidik kecil membayangkan Raka bisa membaca pikirannya "eh Karin sendirian tuh. Temenin gidah. Gue, Revo, sama Tata lagi nongs lucu dulu ye. Bye" kata Raka singkat, yang setelah itu berlalu. Fino menghembuskan nafas kasar. Akhirnya dia memutuskan untuk menemani Karin.

"Hoy?" Fino menepuk pundak Karin. Gadis itu tidak bisa menutupi keterkejutannya saat Fino menegurnya. "Gak baik anak gadis bengong di tempat kayak gini"

Tak ada bakasan. Karin hanya menatapnya dalam diam.

"Kenapa?" tanya Fino lagi.

Tanpa di duga, Karin sudah menaruh kepalanya di dada FIni, dan.... menangis.


Sialan. Fino melirik ke arah Karin.

***
DAH AHHHHH.

Gila ya baru lanjut.

Sumpah sibuk abez wakakaka.

Yaudalaya.

 MAAF NIHHH readers readers tercintaaa

Doain gue semoga masuk PTN yaaaa lewat SNMPTN amiin amiin

Follow wattpad w.

jsufitaputri ada cerita baru tuhh

luvyuuu

Wednesday, July 9, 2014

First Time

MALAMMMMMMM

Mau curhat nihhh kawandddd\m/
Ceritanya kan gue tanggal 28 Juni kemaren ulang tahun... Udah 17 tahun nih ceritanya. Tua yeee-_-
NAAHHH kebetulan kan mepet banget sama pemilu, sedangkan gue belum bikin KTP.
Lah, gue panik kan tuhh, sayang banget masa nunggu 5 tahun lagi. Capek men nunggu.

Akhirnya 2/3 hari yang lalu gue dapet informasi dari om gue, kalo gue dapet hak buat milihhh!!!
GILA.
SENENG.
BANGET.
AH
LEBAY
DEH

Tapi serius gue excited abissss
Sebenernya jujur, gue tgang banget sama pemilu kali ini. Apa karena ini pertama kalinya gue nyoblos? Apa karena terlalu banyak sosmed di zaman sekarang? Jadi info apa aja gampang jadi cepet berpengaruh gitu?

Ya, pokoknya Bismillah, saya juga menggunakan hak memilih saya. Dan mudah-mudahan, kalau beliau terpilih, beliau bisa menjaga amanah nya sebagai pemimpin Indonesia.

ASIKDAH BAHASA ANAK 17 TAHUN
HAHAHAHA
NORAK-_-

Kan menurut kabar yang beredar ada dampak dari pilpres tahun ini #ifuknowhatimean

DAN SEMOGA GAK KEJADIAN YAAA

Junjunglah tinggi dari isi pancasila ke-3 Persatuan Indonesia...

Apapun keputusannya, belajar lah menghargai. Jangan sia-sia kan perjuangan pahlawan yang dulu udah bikin negara ini merdeka.

HIDUP INDONESIA


UDAH YEE BHAS PEMILUNYAAA-_-
Lo tau gak? Tadi pagi sebelum imsak gue ketiduran, nah gue emang ngerasa kurang minum air putihkan. Yatapi apa daya gue udah ketiduran-_-
NAHH bangun-bangun setengah sadar gue ngeliat jam, "Ah masih jam segini"dalem hati tuh ngomongnya. 
Dengan wolesnya gue ke depan ngambil gelas,dan nuang air dan masuklah ke dalam tenggorokan gue yang kering krontang...
Terus adek gue keluar kamar dan ngomong "lah? Kan puasa" 

Gue diem.
Hening ditempat.

Gue ngeliat jam..... KAMPRET udah jam 6-____-
Yaudahla, gue kan malu tuh. Berhubung gue gak sengaja jadi gue lanjutkan puasanya.
Yaudah
Dah
Bye

#stupidmomment

Thursday, July 3, 2014

Jingga untuk Matahari

PAGIII~
Pertama, gue mau ngucapin mohon maaf lahir batin o:)
Kedua, semoga puasa tahun ini di lancar kan. Amiin!!!!
Ketiga, gue mau cerita....
-
-
-
-
-
-
Cerita apa hayo......................................?






Nggak, gue bukan mau bikin lanjutan itu.....
-
-
-
Mau cerita aja ya.
KENAPA GUE BISA TERGILA-GILA SAMA NOVEL ITU YAAMPUNNNNNN:(

Jingga untuk Matahari merupakan novel trilogi ketiga dari Jingga dan Senja. Yang harusnya dan sebenernya keluar sekitar 3 tahun yang lalu... TAPI KENAPA BELUM KELUAR-KELUAR JUGAAA AAAA?:(

Ya sebenernya sih gue bau-baru beberapa bulan terakhir ini bacanya, tapi tenang gue udah tau itu novel dari jaman gue SMP kok-_-

Nih ya, kita flashback jaman SMP dulu....

Flashback mode:on....

Setiap gue abis pendalaman materi hari Sabtu atau agi gabut biasanya gue sama temen-temen gue ke Mall deket sekolahan gue dulu.Dan setiap ke gramed temen-temen gue dulu selalu nyari novel JUM... kira-kira beginilah percakapan saat di Gramedia...

"Eh JUM udah ada belum?"
"Katanya as tanggal *..* udah pengen di rilis"
"Ah php nih"

Emang seru apa novel nya? Pas gue liat cover nya sih biasa aja.

Falshback off....

YAKKK. Sampe gue ngumpul lagi jaman SMA nereka masih nanyain itu novel. YAh tapi gue belum berminat bacanya sumpah... meskipun gue kepo. Dan jujur aja, gue gak demen cerita-cerita yang bersambung gitu....... #gaknyadarkabarels

Akhirnya bulan Mei kemarin gue liburan sama keluarga gue di Bogor. Nah sepuu gue sebut saja dia dengan Mba Ajeng, bawa itu novel pertamanya Jingga dan Senja. Pertama sih gue nanya-nanya doang

And I was lyk....

"Emang seru apa novel nya?"

"Itu yang novel lanjutannya gak keluar-keluar kan?"

"Kasian amat yang nunggu novel nya segitu lamanya"

Terus katanya, "baca ajaa! Seru tauuuu!"

Tapi gue belum minat....

Akhirnya pas malem-malem jam 1 malem tuh gue gak bisa tidur sedangkan yang lain udah pada mau tidur, ada juga sih yang mau tidur. Berhubung hp gue gak dapet sinyal dan Mba Ajeng sudah bobo cantiq dan novel itu nganggur..... Yaudah gue baca aja.
Impersonate pas baca novel itu.....

"Ah ketebak nih gimana cerita nya"
"Kampret nih si Ari jahat banget"
"Mana Tari nyolot banget"
"Eh kok gitu"
"Gilak sweet!!!"
"Ah mau jadi Tari....."
"Mau ngeliat tampang Ari yang beneran deh....."
"Yaelah pake ada ata lagi"

Gue baca itu sampe jam 3 an.... berhubung udah malem jadi gue koneknya lama jadi harus baca berulang-ulang. Sampe gue balik ke jakarta sebenernya gue belum kelar baca sih soalnya gue disana main terus #jiwaremaja

Akhirnya, besoknya pas udah di Jakarta (ceritanya sampe Jakarta langsung tidur) gue sampe nyari-nyari link buat nge download itu cerita.  Akhirnya kelar juga deh.... Tapi tetep aja gantungggg:(


Sampe gue kalo pulang sekolah di jalan sering ngelamun kali pengen tau lanjutanya.....

NAHHH gue ketemu lagi tuh sama sepupu gue pas liburan di puncak. Gue nanya ke dia,
"Udah baca Jingga dalam Elegi?"
Kata dia, "Udah! Kamu harus baca! Serius itu keren bangetttt!"
Akhirnya dia curhat kenapa JUM belum keluar..... ahsudahlah Mba Esti kapan itu novel keluar?:(


Gue bete ya.. Mau minjem kemanaaa?:(
Akhirnya minggu lalu gue ketemuan my prendsss:*
Akhirnya gue minjem itu novel....

Sumpah-sumpah novel nya tuh gilaaaa! Mancayyyy! Emosi gue ke kuras semua!
Parah-parahhhh!!!! two thumbs buat Mbak Esti. Setiap bikin karakter bad boy ngena gimanaaa gituuu. Dan emang gue suka karakter bad boy sih.

Sampe gue nulis ini gue masih kepikiran sama novel JUM
 Beritanya sih, katanya mau ada film nya?!! Harus nonton mah itu kalo perlu gue yang jadi Tari..... #apasih #berkahramadhan

Mungkin akhirnya gue tau, gimana rasanya nuggu itu novel buat keluar.....


Yaampun Mbak Esti, cepet-cepet di keluarin ya Mbak.... saya penasaran banget. Saya gak tau deh gimana perasaan temen-temen saya dan fans-fans nya Mbak Esti yang juga nunngu novel itu:(




YAUDAHLAHHH, yang penting semoga cepet keluar ajaa!!!

Selamat menunaikan ibadah puasa semuanya!;D

Thursday, May 29, 2014

Emir Love Story! 37

"Jadi, tugas lo udah selesai?" tanya Emir menatap gadis yang ada di depannya. Karin hanya menjawab dengan satu anggukan kecil.

Sudah hampir setengah jam mereka duduk di tengah-tengah cafee menunggu hujan yang belum juga berhenti turun. Karin memerhatikan hujan yang turun dengan gelisah. Ah, dia akan telat, pikirnya. Dia merasa Emir meliriknya, walaupun hanya sesekali. Karin membalas tatapan Emir dengan bingung. Karin akhirnya membuka percakapan. "gue mau les mir, bentar lagi guru private gue dateng" Karin bersiap beranjak dari kursinya. "Gue anterin ya? Masa lo ujan-ujanan lagi sih" tawar Emir sembari berdiri dari kursi nya. Lagi? Kata itu seakan-akan mengingatkan Karin tentang kejadian beberapa tahun lalu. "Nggak usah, Mir. Gue naik taksi aja" jaawab Karin sambil menyerput kopi untuk menghabiskan kopi nya itu.

Tiba-tiba Emir berdiri mendahului Karin, "gue bilang kan gak usah , Mir" emir mengelikkan matanya, tanda menolak perintah Karin. Karin menghembuska nafas beratnya. Dia benar-benar pasrah. Sebenarnya saat sekarang ini dia tidak mau merepotkan Emir.

***
Mobil Emir melaju melewati padat nya kota Jakarta. Akhirnya mereka sampai di depan rumah Karin. "Minggu depan ada acara?" Emir memecah keheningan di dalam mobil, "nggak sih kayaknya,kenapa?". Emir hanya menaikkan bahunya, tidak membalas pertanyaan Karin. "Yaudah deh, gue turun ya. Makasih udah nganterin Mir"
GRAP tangan Karin di tahan Emir untuk tidak pergi darisana. Kecanggungan diantara mereka kembali terjadi. ""Eh sorry Rin. Cuma mau bilang, goodnight sama jangan lupa minum susu" kata Emir tiba-tiba. Bibir Karin melengkung membentuk senyum yang indah, "Yaampun, gue jadi inget jaman dulu," Karin tertawa mengingat saat dia hanya bisa mendengar voicenote yang disebar EMD dulu. "Goodnight too, Mir. Take care yaa" akhirnya Karin keluar dari mobil Emir. Dia memperhatikan Emir yang menyalakan mesin mobilnya, tak lama mobil itu pun pergi dari hadapannya.

"PAGI KARINNNNNN"
Karin menengok ke arah belakangnya. Rena.
"Stttt!" teriaknya kearah Rena. Rena langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Lalu dia berjalan cepat kearah Karin. "Ihh lo kenapa sihhh satsutsatusut aja? Emang ada apaan?" tanya Rena sambil mngerlingkan matanya. "Gak apa-apa sih, masih pagi aja udh teriak-teriak gitu. Nanti malah dikira orang-orang gue ngapa-ngapain lo lagi" ujar Karin. Dia berjalan ke arah lokernya, untuk menyimpan beberapa barang yang mungkin akan dia butuhkan nanti. "Rin, nanti siang ada pm math ya. Jangan cabut lo". Karin hanya mengangguk pelan. Rena memperhatikan Karin dari atas sampai bawah dengan tatapan menyelidik.
"Kayaknya lo lagi mikirin sesuatu nih....." Karin tidak menjawab lagi, hanya mengangkat bahunya dan berjalan melewati Rena. "Ih lo mah, nanti pulang sekolah ikut gue ya" ajak Rena, "kemana gilss?" kali ini Rena hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Karin yang masih kebingungan di tempat.

"Karinnnn ayok buruan nanti keburu malem" Rena menarik-narik tangan Karin yang mendem di dalam Taksi. Sekarang mereka sudah sampai di sebuah mall yang tidak jauh dari sekolahnya Akhirnya Karin turun dengan malasnya. "Mau ngapain sih kesini?" Rena masih tidak menjawab. Setelah menaiki beberapa eskalator mereka sampai di sebuah butik.

"Mbak, tolong pesanan saya ya atas nama Renata" kata Rena ke mbak-mbak penjaga toko. Karin masih menatap menyelidik. Akhirnya Mbak-mbak tadi datang dengan membawa tiga dress dan memberikan semuanya ke Rena. "Rin, ke fitting room yuk. Lo nyaba dress yang ini, nah gue nanti yang ini biar gak kelamaan" Karin memberikan salah satu dressnya ke Rena. Akhirnya mereka masuk ke fitting room. Akhirnya mereka keluar dari fittng room, "Karinnn, demi apapun lo cocok banget paake yang itu" Rena melihat muka Karin sabil terkejut, "Ah, lo juga bagus kok pake itu. Tapi ini emang buat apa sih?" tanya Karin, "ada lah buat acara keluarga gitu" karin hanya mengangguk kecil. Akhirnya mereka membawa dress itu keluar toko. "Rin, temenin gue belanja sebentar yuk" Karin menatap ke sahabat barunya itu. Dia hanya menghela nafas panjang melihat tingkah sahabat barunya itu. Mereka masuk ke salah satu tempat kecantikan di mall itu. "Ren lo jangan nanya macem-macem tentang produk-produk kecantikan kaya gitu ke gue ya. Sumpah gue gak ngerti apa-apa" Rena melihat Karin memasang muka panik seperti itu. "Nggak lah Rin, gue udah mahir kalo masalah ginian" kata Rena yang masih tertawa. Di dalam tokonya Rena sudah sibuk mengambil ini itu, sedangkan Karin hanya memperhatikan alat-alat make up yang dijual di toko tersebut. Tak lama mereka langsung keluar dari toko itu. "Ren, tau gak? Gue kepikiran buat belajar make up, tapi buat iseng aja sih" ujar Karin polos, "Siniii gue ajarinnnn, besok gue ke rumah lo okay?" kata Rena bersemangat.
***
Seminggu ini Emir jarang terlihat oleh Karin. Entahlah, apa Emir benar-benar mau menjauh? Tiba-tiba handphone Karin berdering, ternyata ada pesan singkat dari Emir. Seulas senyum tebentuk dibibirnya.
"Coba lo keluar rumah deh, gue di depan"
Dengan gerakan cepat Karin langsung beranjak dari tempat tidurnya. Dan membuka pintu rumahnya, namun sejauh Karin melihat sekitarnya dia tidak melihat siapa-siapa. Dasar tukang bohong, batin Karin. Rasa kecewa langsung hinggap di hati nya. Saat dia ingin mentup pintu rumahnya, ada pesan singkat lagi yang masuk.
"Kenapa? Marah ya? Coba liat bawah"
Karin melihat ada kotak di bawah kakinya. Ada sebuah kotak yang di bungkus indah berwarna pastel. Diatas nya ada surat dan coklat kesukaan Karin...
Yaelah, jangan marah dong. Nanti malem gue jemput ya jam 7 -Cowok berkumis tipis
***
DAHYAAAAAA, segini duluuuuuuuuu HUHAAAAAAA
Otak kepepet UKK ginidehhh mwahhhhhh:*

TERIMAKASIHHHH PARA READERS YANG MASIH SETIA NGEBACA CERITA YANG MAKIN ABSURD INIIII. LOVEYOUUUUUUU<345

SALAM DARI EMD PANCORAN YANG PALING MANIS A.K.A JUNI SALAM HUHAA\m/