Pages

Sunday, July 1, 2012

Emir Love Story! Part 15

Jangan Pernah lo sia-sia in kesempatan... Biarpun di setiap kesempatan harus ada konsekuensi-nya ;] Lo harus siap harus ngehadapin nya~
*** 
Malam terakhir gue di Indonesia, tepatnya di Belitung. Nggak tau kenapa gue nyesek. Kelas gue bikin Party kecil-kecil an di deket Swimming Pool. 
Ada acara prom nya juga lagi. Gue duduk di pinggiran kolam sambil mencelupkan kaki, 
“hai…”
***
"Hai..." sapa Emir
“what's up?” Tanya gue 
“Can I have this Dance?” kata Emir sambil mengulurkan tangan nya. Fly soooo HIGH~ 
Gue menerima uluran tangan nya. Lagu ‘Can I have This Dance?’ mulai mengalun, 

Take my hand, take my a breath.
Pull me close take one step
Keep your eyes loocked on mine,
And let the music be your guide

Emir menjinjing tangan gue ke bahunya, dan tangan Emir bertumpu di pinggang gue Emir menatap mata gue.

Won’t you promise me(now won’t you promise me, that you’ll never forget)
We’ll keep dancing (to keep dancing) wherever we go next
It’s like catching like lighting the chances of finding someone like you
It’s one a million, the chances of feeling the way we do
And with every step together, we just keep on getting better
So Can I have this dance (can I have this dance)
Can I have this dance

“Thank you for tonight, Karin” kata Emir sambil menatap mata gue dalam, 
“you’re welcome. Thank you for this dance too” kata gue sambil tersenyum

Oh no mountains too high enough, oceans too wide
Cause together or not, our dance won’t
Let it rain, let it pour
What we have is worth fighting for
You know I belive, that we were meant to be

It’s like catching like lighting the chances of finding someone like you
It’s one a million, the chances of feeling the way we do
And with every step together, we just keep on getting better
So Can I have this dance (can I have this dance)
Can I have this dance

Dan di akhir lagu pun Emir mencium puncak kepala gue. 
Sumpah demi apapun fly to themoon.
Sambil menggandeng tangan gue ke sebuah ayunan. Gue masih speechless. 


Rin?” suara Emir memecah keheningan, 
“kenapa?” Tanya gue 
“gombal-gombal an yuk” aja Emir 
”ayok! Siapa takut!” kata gue sok berani 
“oke. Apa bedanya lo sama bunga bangkai?” Tanya Emir, 
“lo ngeledek ya mir?” kata gue sedikit ngambek, lagian kenapa gue disama-samain sama bunga bangkai? “ihh, seriusan. Tau nggak? Udah nyerah aja!” kata Emir sambil ngelitikin perut gue 
“geli mir, geli. Oke oke gue nyerah.” Kata gue nyerah 
“Sama-sama langka, dan susah dicari” ujar Emir 
“gombal” ujar gue 
“emang kita lagi main gombal-gombalan sih,” kata Emir sambil menjulurkan lidah nya, 
“ohiyaya. Sekararang giliran gue. Apa perbedaanya lo sama monyet?” giliran gue ngasih gombalan ke Emir “apaan? Gue nggak tau” kata Emir nyerah 
“yahh nyerah? Inget dong kata pepatah if you give up now, you’ll get it later inget tuh…” kata gue 
“lo mau tau apa?” lanjut gue, 
“maulah! Apaan?” Tanya Emir balik 
“sama sama jeleknya! HAHAHA” gue ngakak ngeliat muka Emir yang kaget gitu. 


Gue sama Emir ngakak banget, kita gombal-gombalan sampai lupa waktu. 


“Mir, I wanna back to my room. Night ya” kata gue yang mau kembali ke kamar, tapi tangan gue di tahan 
dan Emir meluk gue dari belakang… 
“Mir?” kata gue pelan, 
“stay like this” dagu Emir bertumpu di puncak kepala gue, gue Cuma diem. Gue bisa mendengar nafas Emir, gue nyaman dengan keadaan kayak gitu tapi gue nggak tau apa maksud Emir, dan kenapa Emir kayak gini, “we were both young when I first saw you, I close my eyes and the flashback starts I’m standing there on a balcony in summer air…” Emir menyanyikan sebait lagu love story  nya Taylor Swift, 
“when I first saw you. I feel something, and I don’t know how I can feel it. I love you Karin. You don’t have to answer it now, I just want to you know about my feeling…” ujar Emir yang bener-bener bikin gue nggak tau harus ngomong apa. 
Emir melepas pelukan nya dan membalikan badan gue. 
Gue dan Emir saling berhadapan, gue Cuma bisa nunduk menurut feeling gue Emir masih ngeliatin gue, dan akhirnya gue memberanikan untuk buka suara… “
sorry…” kata gue 
“you don’t have to answer now, I’ll be waiting for you tomorrow, and forever. I’ll always love you forever and always” kata Emir pelan. 
Gue memberanikan diri untuk menatap mata Emir, muka Emir dan muka gue terlalu dekat gue sampai bisa denger nafas Emir yang makin lama mendekat. 
Kecupan hangat itu jatuh di kening gue, gue menutup mata gue perlahan dan berharap semua ini bukan Cuma sekedar mimpi.
***
“Get Up, Karin!!!” suara Jessi tepat banget di gendang telinga gue dan alhasil gue langsung terbangun. Kejadian tadi malam masih terlalu lekat di pikiran gue. Hari ini hari terakhir gue di Jakarta, gue pasti akan selalu inget kota ini. Gue pake baju yang kembaran sama sahabat-sahabat gue, terus pake grey hot pants, crocs. Gue foto-foto sebagai penutupan. 
Jam 11 siang gue ke bandara. Dan di perjalanan menuju Singapore gue Cuma dengerin lagu dari iPod dan tidur. Sekitar 1 setengah jam akhirnya gue sampai ke Changi Airport. Di bandara gue udah di jemput sama nyokap, gue pun pulang ke apart dan langsung tidur.
***
"Karin! Get up! Get up!” suara orang membangunkan gue, cowok, pikir gue. Palingan kak Ray dia kan cerewet, recet, macam perempuan. 
“I'm still sleepy, kak Ray” ujar gue sambil menarik selimut gue biar nutupin seluruh tubuh gue 
“I’m not your brother” kata suara itu. 
Hah? Bukan kak Ray...?
***
Gak ada yang mau ikut project nya nih? Galau deh...

Yasudahlah... Takape :]
Leave your comment ;D Give your reaction ;;]

1 comment:

  1. Awww kak! Kalo aku jadi karin gak ada kata TOLAK buat emir! Envy bangettt

    ReplyDelete